Cerita ini merupakan catatan kehidupan seorang anak lugu yang kini telah lahir di dunia, anak kecil yang berbibir seksi dan berwarna merah merona sehingga dikagumi banyak wanita yang melihatnya, tidak heran jika dia sering dipanggil Cunso (nama panggilan artis korea yang sedang ngetren pada saat itu) hehe.
Aku terlahir dari keluarga yang cukup sederhana walaupun Ayahku kini pegawai PNS dan Ibuku kini memiliki salon tetapi tetaplah aku menjalani kehidupan sehari-hari yang cukup sederhana. Aku merupakan anak kedua dari lima bersaudara, tiga saudara cowok dan yang paling bungsu cewek, jika mengingat ingat pengalaman hidupku yang dulu terkadang terlintas dibenaku kalau aku ini adalah anak yang begitu bodoh dan lugu sehingga tidak jarang aku mengalami banyak hal yang seharusnya tidak terjadi padaku, hari hari aku jalani penuh dengan kesedihan.
Awal ceritanya begini, pada usia 4-5 tahun aku duduk dibangku TK Madrasah TK Islam yang ada dikampung jawa (aku ingat sekali pada masa itu) setelah lulus TK akupun menduduki bangku SD, awal yang suram sejak aku duduk dibangku kelas 1 SD, karena tentunya aku sehari-hari terbiasa menggunakan bahasa indonesia, tetapi di sekolahan SD itu aku harus bisa beradaptasi dengan orang-orang daerah dengan menggunakan bahasa daerah (dalam hati berkata, aku tidak bisa) karena hal itulah aku memutuskan untuk memilih diam dan ternyata pilihan tersebut adalah pilihan yang salah, karena pilihan itu membuat aku merasa dikucilkan oleh teman-temanku, mungkin teman-temanku beranggapan aku ini sombong, sehingga pada waktu itu aku sering dipukuli dan dihina-hina, selama aku duduk dibangku SD setiap kata yang terucap di bibirku mungkin bisa dihitung yaitu berjumlah 2-4 kata saja perhari selebihnya diam, karena tidak tahan dengan keadaan yang semakin hari semakin aku merasa terkucilkan aku pun menceritakan hal tersebut kepada ibu dan merengek-rengek minta dipindahkan sekolah tetapi bukan sekolah umum.
Keadaan perekonomian dirumah sebelum ayahku menjadi PNS dan ibuku belum mempunyai salon, keadaan keluargaku sangatlah sederhana (makan 1 telor dibagi sekeluarga), terkadang aku merasa kasihan dengan ortuku yang banting tulang mencari nafkah, namun yang aku sesali mengapa aku dan saudara-saudaraku selalu menjadi pelampiasan kekesalan, sering dipukuli oleh ayahku, tidak terkecuali diriku apalagi jika ayah baru pulang bekerja dan aku melakukan sedikitpun kesalahan saja yang jadi korban pelampiasan adalah aku dan kakaku, aku juga sering melihat kedua ortuku saling bertengkar, itu yang membuat aku semakin tidak bahagia menjalani kehidupan pada saat itu, jika dirumah sedang sepi (kedua ortuku pergi) aku juga sering dipukuli oleh kakaku (mungkin karena dendam dari seorang bapak yang telah memukulinya) hampir setiap ortuku pergi seperti itu.
Dimulai dari keadaan itu, dimulai dari kadaan yang merubah mindsetku kalau aku ini adalah seorang anak yang tidak pintar bergaul dikalangan masyarakat, aku adalah seorang yang bodoh, dimulai dari keadaan itupun aku merasakan ketakutan dimanapun dan kapanpun aku berada, tangan dan kakiku terkadang suka bergetar, telapak tangan terkadang berkeringat dingin (ternyata aku mengalami depresi berat yang merusak psikologiku yang banyak orang bilang itu merupakan phobia sosial).
Mungkin ibu khawatir dengan kondisiku di sekolahan itu, selesai pulang sekolah tanganku tidak jarang berwarna biru akibat pukulan dari teman temanku, baju dan celanakupun tidak jarang ada coretan tinta biru dan hitam ulah dari teman-temanku (dalam hati ya tuhan kapan ujian ini akan berakhir), karena ibu khawatir dengan kondisiku kemudian ibupun memutuskan pindah rumah dan aku juga pindah sekolah SD, pada saat itu aku pindah sekolahan SD kelas 4. Aku pindah rumah dengan lingkungan baru, suasana baru, alhamdulilah kini ayahku juga udah pindah kerja dan menjabat sebagai karyawan PNS, sifat ayah dan kakakpun perlahan membaik, mereka tidak lagi suka menjadikan aku sebagai bahan pelampiasan kekesalan mereka, tapi apadaya karena otaku kini telah terprogram dengan rasa takut (phobia sosial) sehingga aku tumbuh jadi anak yang pendiam dimanapun dan kapanpun aku berada.
Aku memang pindah sekolah, tetapi tetap saja keadaan pergaulan disekolah tidak sebaik seperti yang aku harapkan, lingkungan rumahku tinggal di desa A sedangkan sekolahku tinggal di desa B ternyata desa tersebut pernah bentrok (alias pernah konflik), nah ternyata pergaulan disekolahku semakin parah saja, aku sering sekali berkelahi dengan teman dan mendapat cacian "Kamu ini anak daerah A kenapa kamu sekolah disini?". Hari demi hari aku lalui dengan perasaan sabar dan mungkin bodoh, nilai disekolahan sering anjlok karena mungkin aku sudah jenuh dengan keadaanku disekolah sehingga aku jadi malas belajar.
Akhirnya aku tamat SD, Alhamdulilah aku didaftarkan disekolahan SMP Kristiani didaerah ponogoro, disekolahan itu kondisiku sudah sedikit membaik dan lingkungan pergaulan menggunakan bahasa indonesia, walaupun di sekolahan aku hanya punya teman akrab 4 orang saja aku tetap bersyukur, karena aku bisa lebih tenang, hingga aku meranjak dewasa dan tamat SMP dan mendaftar di sekolahan SMA Umum kembali. Aku mulai belajar bergaul/bersosialisasi dan menjadi pria yang lebih kuat, sabar dalam menjalani kehidupan. Di SMA itu aku mulai akrab dipanggil Cunso (Artis korea yang lagi ngetren pada saat itu), cewek-cewek banyak yang tergila-gila padaku (tidak sombong), mungkin karena bibirku yang seksi dan kulitku yang bersih. Pada kelas 3 SMA cinta pertamaku dimulai.
Ditulis oleh Unknown
Rating: 5 dari 5
0 Komentar
Subscribe dan Komentarnya ya kawan!!!
Komentar link hidup akan terjaring Spam filter. (Berkomentar dengan akun google)