Menuntut ilmu tak semata menunaikan kewajiban yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan, tetapi juga sebuah tuntutan agar hidup kita terus berkembang. Karena tanpa ilmu, hidup kita jauh dari kebaikan. Seperti diingatkan oleh Imam Syafi'i, “Siapa yang tidak mencintai ilmu (agama), tidak ada kebaikan untuknya”
Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu juga mengingatkan, “Tuntutlah ilmu (belajarlah Islam) karena mempelajarinya adalah suatu kebaikan untukmu. Mencari ilmu adalah suatu ibadah. Saling mengingatkan akan ilmu adalah tasbih. Membahas suatu ilmu adalah jihad. Mengajarkan ilmu pada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah. Mencurahkan tenaga untuk belajar dari ahlinya adalah suatu qurbah - bentuk pendekatan diri kepada Allah"
Satu hal yang harus ditekankan dalam menuntut ilmu adalah kemurnian niat. Belajar semata karena Allah.
Nabi bersabda, “Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang seharusnya ia niatkan untuk mengharap wajah Allah ‘Azza wa Jalla, namun ia malah niatkan untuk menggapai dunia, maka di hari kiamat ia tidak akan mencium bau surga” (HR. Abu Daud no. 3664 dan Ibnu Majah no. 252, dari Abu Hurairah ra)
Tantangan terbesar bagi penuntut ilmu diantaranya komitmen untuk menimba ilmu dengan mengorbankan harta, tenaga, dan waktu. Seperti yang diingatkan oleh Imam Malik rahimahullahu.
Diriwayatkan saat Khalifah Harun Ar-Rasyid sedang bersafar ke Madinah, beliau tertarik mengikuti kajian Al-Muwaththa’ Imam Malik, yang menghimpun 100.000 hadits. Khalifah mengutus Yahya bin Khalid al-Barmaki untuk memanggil Imam Malik. Namun, Imam Malik menolak seraya berkata kepada utusan khalifah itu, “Ilmu itu dikunjungi, bukan mengunjungi; didatangi, bukan mendatangi.” Akhirnya, terpaksa Khalifah Harun ar-Rasyid mendatangi Imam Malik dan duduk di majelisnya.
Ditulis oleh Unknown
Rating: 5 dari 5
0 Komentar
Subscribe dan Komentarnya ya kawan!!!
Komentar link hidup akan terjaring Spam filter. (Berkomentar dengan akun google)